Jumat, 24 September 2010

GOLONGAN OBAT YANG BEKERJA MEMPENGARUHI SISTEM SARAF PUSAT

BAB VII
Golongan Obat Pada Penyakit Parkinson

Susunan Saraf Pusat
Obat – obat yang bekerja mempengaruhi SSP, bekerja dengan cara mengubah beberapa tahapan dalam neurotransmitter. Obat – obat yang bekerja mempengaruhi SSP mekanisme kerja obatnya antara lain, bekerja pada presinaptik, mempengaruhi produksi, penyimpanan atau mengakhiri kerja neurotransmitter. Ada juga obat yang bekerja dengan cara memacu atau menghambat reseptor postsinaps.
Konsep ini berlaku untuk mengetahui etiologi dan strategi pengobatan penyakit yang disebabkan karena kerusakan pada SSP terutama pada neurotransmitter dopamine, Asetilkolin, dan serotonin (neurotransmitter yang berperan dalam otak).

Penyakit Parkinson
Definisi Parkinson adalah gangguan otak progresif yang menimbulkan gangguan neurologik gerakan otot, dengan tanda2 tremor, kaku otot, bradikinesia (lambat dalam memulai dan melakukan gerakan) kelainan posisi tubuh dan cara berjalan.
Etiologi Penyebab penyakit parkinson tidak diketahui, tetapi ada hubungannya dengan penurunan aktivitas inhibitor neuron dopaminergik dalam substansi nigra dan korpus stratum dari sistem ganglia basalis otak yang berfungsi mengatur gerakan.
Substansi nigra, merupakan sumber neuron dopaminergik yang berakhir dalam striatum. Setiap neuron dopaminergik akan membuat ribuan kontaks dalam striatum dan memodulasi sebagian aktivitas sel.
Striatum, striatum dan substansi nigra dihubungkan oleh neuron yang mengeluarkan transmitter inhibitor GABA diterminal dalam substansi nigra. Sebaliknya sel2 substansi nigra mengirim neuron ke striatum dengan transmitter dopamin di ujung terminalnya.
Mekanisme terjadinya ganggguan neurotransmitter yang menyebabkan penyakit parinson,
1. Dopamin bekerja sebagai neurotransmiter inhibisi, Acetilkolin bekerja neurotransmiter eksitasi. Dan bekerja saling menyeimbangkan.
2. Pada penyakit parkinson terjadi penurunan dopamin karena neuron pada substansi nigra berkurang sehingga sekresi dopamin dalam neostriatum pun menurun. (lihat gambar 7.1)
3. Tanpa dopamin neuron akan distimulasi berlebihan oleh Ach menyebabkan tonus (ketegangan) otot berlebihan yang ditandai oleh tremor dan rigiditas (kaku)


Gambar 7.1
Penyebab Penyakit Parkinson
Parkinson sekunder : disebabkan oleh ensefalitis virus atau lesi caskuler kecil yang multifel. Obat2 seperti fenotiazin dan haloperidol yang berfungsi menghambat reseptor dopamin di otak dapat menyebabkan parkinson sehingga tidak boleh digunakan untuk penderita parkinson.

Golongan Obat Pada Penyakit Parkinson
1. levodopa
2. Bromokriptin
3. Amantadin
4. Deprenil
5. Triheksifenidil, Benzotropin, Biperidin (Golongan Antimuskarinik)

Tujuan terapi pada Penyakit Parkinson adalah :
1. Mengembalikan dopamin dalam ganglia basalis (ganglion yang ada di neostriatum)
2. Melawan eksitasi neuron kolinergik
3. Sehingga terjadi keseimbangan kembali dopamin/Ach.

Levodopa
Levodopa adalah prekursor metabolik dopamin. Mekanisme kerja Levodopa adalah mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa akan berkonversi menjadi dopamin, tetapi pada pengobatan yang terlambat dimana jumlah neuron dan sel2 yang mampu mengambil levodopa berkurang akibat penyakit.
Kesembuhan bersifat simptomatik dan berlangsung selama obat berada dalam tubuh. Parkinson diakibatkan dopamin yang tidak mencukupi pada daerah tertentu di otak. Dopamin tidak dapat melewati sawar darah otak, sementara levodopa dapat, sehingga lebih mudah levodopa lebih mudah diubah menjadi dopamin di otak.
Efek kerja dari levodopa yaitu mengurangi kekakuan, tremor dan gejala parkinson lainnya

Karbidopa
Karbidopa dipakai untuk memperkuat efek levodopa , suatu inhibitordekarboksilase dopamin yang tidak menembus sawar darah otak. Mekanisme kerja Karbidopa adalah mengurangi metabolisme levodopa pada saluran cerna dan jaringan perifer, shg meningkatkan ketersediaan levodopa di SSP dan selain itu karena karbidopa membantu memperkuat efek levodopa secara tidak langsung, jadi keuntungannya dapat merendahkan dosis pemakaian levodopa sehingga menurunkan efek samping.

Bromokriptin
Bromokriptin suatu derivat ergotamin (alkaloid ergot yang terdapat pada gantum hitam yang terkontaminasi jamur rye) dan mempunyai sifat vasokontriktor merupakan agonis reseptor dopamin (atau dapat berikatan dengan reseptor dopamin). Tetapi karena Respon yang ditimbulkan bromokriptin kecil maka sering diberikan bersama dengan levodopa. Penggunaan Bromokriptin harus diwaspadai pada pasien dengan infark miokard karena akan menimbulkan masalah jantung, dan penggunaan pada pasien dengan tukak lambung akan semakin parah.

Amantadin
Amantadin merupakan obat anti virus influensa yang berpengaruh sebagai antiparkinson.
Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan sintesa, pengeluaran atau ambilan dopamin dari neuron yang sehat. (shg bila pelepasan dopamin sudah maksimum, amantadin tidak bermanfaat)
Efek samping yang ditimbulkan yaitu, gelisah, halusinasi, agitasi, dan bingung. Pada dosis tinggi akan menyebabkan psikosis toksik akut. Dibanding levodopaefek kerja amantadin kecil dan dapat menimbulkan toleransi, namun efek samping lebih kecil.

Deprenil
Deprenil disebut juga selegilin bekerja secara selektif menghambat MAO B (yang memetabolisme dopamin) (lihat gambar 7.2) tapi tidak menghambat MAO A (metabolisator NE dan Serotonin)
Fungsi deprenil, menurunkan metabolisme dopamin, meningkatkan kadar dopamin di otak, meningkatkan kerja levodopa (sehingga mengurangi pengguanaan dosis levodopa)
Harus diwaspadai bila penggunaan dosis besar karena dapat menghilangkan selektifitas (menjadi tidak selektif lagi) dan menimbulkan hipertensi yang berbahaya.
Gambar mekanisme kerja Deprenil

Meningkatkan kadar dopamin
Gambar 7.2
Antimuskarinik
Antimuskarinik kurang efektif bila dibandingkan dengan levodopa dan dalam terapi parkinson berfungsi sebagai tambahan terapi. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat transmisi kolinergik, sehingga meningkatkan transmisi adrenergik (karena pembentukan yang tidak seimbang antara rasio dopamin/asetilkolin)
Antimuskarinik yang sering digunakan untuk pengobatan parkinson yaitu, benzotropin, triheksifenidil, biperidin. Efek lain yang menyertai penggunaan obat antimuskarinik adala memacu perubahan pikiran, serostomia (mulut kering), masalah visualisasi. Efek sampingnya, antara lain dilatasi pupil, bingung dan halusinasi.

BAB VIII
Golongan Obat pada Penyakit Gangguan Kejiwaan


Golongan Obat pada Gangguan Depresi

Keadaan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang bersangkutan disertai hambatan emosi menyeluruh. Depresi berbeda denga skizoprenia yang menggangu dalam pemikiran. Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasan yang menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, napsu makan, libido dan kemampuan bekerja.
Gejala depresi yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tiada nafsu makan, dan tidak bisa tidur. Cara berfikir pasien itu2 aja berkisar hanya pada diri sendiri. Disertai gejala bandaniah rasa penat, nyeri lambung, nyeri jantung. Bila ditutupi oleh keluhan2 organis disebut depresi terselubung. Depresi berbahaya akan menyebabkan bunuh diri.
Depresi disebabkan karena defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan serotonin otak pada tempat2 penting di otak. Sementara manik (bipolar) disebabkan karena peningkatan neurotransmiter diatas pada otak.
Kerja Semua golongan antidepresi bekerja dengan memperkuat langsung atau tidak langsung kerja norepinefrin, dopamin dan atau serotonin otak,

Golongan Obat Antidepresan
Terdapat 3 (tiga) golongan obat antidepresan yaitu, Antidepresan Trisiklik (TCA), Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)

Antidepresan Trisiklik (TCA)
Yang termasuk obat golongan TCA adalah Amitriptilin, Amoksapin, Desipramin, Doksepin, Imipramin, Maprotilin, Nortriptilin, Trimipramin
Mekanisme kerja TCA ;Menghambat ambilan neurotransmiter, TCA menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke terminal saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama pengeluaran neurotransmiter , TCA akan meningkatkan konsentrasi monoamin dalam celah sinaps, menimbulkan efek antidepresan.
Efek TCA adalah meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental, meningkatkan aktifitas fisik, mengurangi angka kesakitan pada depresi.
Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau lebih. Indikasi untuk Depresi, gangguan panik, dan dapat digunakan untuk mengontrol ngompol bagi anak diatas 6 tahun.

Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)
Yang termasuk obat golongan SSRI adalah Fluoksetin, Fluvoksamin, Nefazodon, Paroksetin, Sertralin, Trazodon, Venlafaksin.
SSRI merupakan Antidepresan baru, sehingga penggunaannya harus hati - hati, karena efek jangka panjangnya belum diketahui.
Mekanisme kerjanya sama seperti TCA tetapi lebih selektif menghambat ambilan neurotransmitter serotonin dibanding yang lain (dopamin).
Indikasi SSRI Untuk depresi (lebih unggul dari golongan TCA), penderita Bulimia nevrosa, anoreksia nevrosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik, dan sindrom premenstrual.

Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
Yang termasuk golongan MAOI yaitu, Isokarboksazid, Feneizin dan Tranilsipromin.
Monoamin oksidase adalah suatu enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai katup penyelamat (menonaktifkan neurotransmiter monoamin ( NE, dopamin, serotonin).
Mekanisme kerja MAOI (lihat gambar dibawah)
a). MAO menginaktifasi monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang keluar dari vesikel shg monoamin dalam neuron berkurang.
b). Obat MAOI menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga monoamin tetap aktif dan berdifusi kedalam ruang sinaps. (lihat gambar 8.1)
Gambar 8.1

Indikasi MAOI yaitu :
1. Untuk depresi pada pasien yang tidak responsif atau alergi oleh antidepresan trisiklik.
2. Ansietas hebat
3. Pasien Aktivitas psikomotorik lemah
4. Pengobatan fobia
5. Depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran, gangguan napsu makan)

Golongan Obat pada Gangguan Bipolar

Pasien dengan gangguan bipolar, mengalami dua situasi yang sangat berbeda, pada saat tertentu pasien mengalami fase depresi, kemudian mengalami fase manik, dimana perubahan yang terjadi sangat ekstrim. Bila pasien berada dalam fase manik maka gejala – gejalanya adalah bahagia, berharap dan gembira berlebihan, Perubahan mendadak dari merasa gembira ke lekas marah atau permusuhan, Keresahan.
Tutur kata cepat dan kurang konsentrasi, Dorongan seksual tinggi, Cenderung membuat rencana besar dan sulit dicapai

Golongan obat anti bipolar
Garam litium seperti Litium asetat, litium karbonat, litium sulfat dan antipsikotik seperti asam Valproat.

Golongan Obat pada Skizoprenia

Skozoprenia adalah jenis psikosis dengan berbagai gangguan kepribadiaan disertai perubahan cara berfikir, perasaannya dan hubungannya dengan lingkungannya. Biasanya gangguan mental ini terjadi disebabkan disfungsi otak yang diwariskan.
Gejala dasar pada gangguan skizoprenia adalah berfikir (kacau, lupa tiba2, perubahan urutan berfikir), acuh tak acuh, mudah terangsang, hilangnya kontak dengan lingkungan, merasa asing sendiri, terpecahnya kepribadiaan. Selain gejala dasar adapula gejala tambahan yaitu, halusinasi, gila (rasa diikuti, rasa seperti keracunan, gila seks), tidak mau melakukan aktivitas, ungkapan2 aneh, pembentukan istilah2 baru, pengulangan terus menerus. Setiap gangguan kejiwaan diamati dari gejala2 yang ditimbulkan dan dialami oleh penderita, sehingga dapat membedakan gangguan kejiwaan satu dengan gangguang kejiwaan yang lainnya.
Penyebab skizoprenia secara farmakologis adalah peningkatan aktivitas neuron dopaminergik pada otak (SSP), sehingga golongan obat yang digunakan untuk pengobatan skizoprenia adalah menurunkan aktivitas neuron dopamin.

Golongan Obat antiskizoprenia (neuroleptik, antipsikotik, transkuilizer mayor)
Terdapat 5 (lima) golongan obat antiskizoprenia yaitu :
1. Golongan Fenotiazin yaitu, Klorpromazin, Flupenazin, Proklorperazin, Promazin, Prometazin, Tioridazin.
2. Golongan Butirofenon yaitu, haloperidol.
3. Golongan Benzisoksazol yaitu, Risperidon.
4. Golongan Tioxanti yaitu, Tiotiksen.
5. Golongan Dibenzodiazepin yaitu, Klozapin.
Mekanisme Kerja Obat Neuroleptika (Antiskizoprenia) secara umum adalah menghambat reseptor dopamin dalam otak dan perifer dan serotonin dalam otak.(lihat gambar 8.2)

Gambar 8.2
Indikasi neuroleptika (antiskizorenia) adalah,
1. sebagai antipsikotik/antiskizoprenia : mengurangi halusinasi dan agitasi dengan cara menghambat reseptor dopamin di otak. Efek menenangkan dan mengurangi gerakan spontan. Berbeda dengan depresan SSP lain, golongan neuroleptik tidak menekan fungsi intelektual.
2. sebagai pencegahan mual dan muntah (pada peristiwa mual muntah juga terjadi peningkatan pelepasan dopamin)
Telah dikatakan bahwa mual muntah juga diakibatkan karena peningkatan dopamin, maka penggunaan neuroleptika dapat juga diberikan untuk kasus mual muntah selain sebagai antiskizoprenia, dibawah ini penggunaan neuroleptika untuk gejala mual muntah sesuai penyebabnya (lebih spesifik).
- Obat Meklizin, dimenhidrinat digunakan untuk antiemetik karena vertigo.
- Obat Skopolamin, Prometazin, digunakan sebagai antiemetik pada mabuk jalan.
- Obat Domperidon,metoklorpramid, digunakan untuk antiEmetik pada kemoterapi kanker
- Obat Tietilperazin,domperidon adalah antiemetik pada terapi radiasi
Kerja obat neuroleptik menghambat dopamin dan atau serotonin, selain itu banyak obat2 neuroleptik yang menghambat reseptor kolinergik, adrenergik, histamin dengan berbagai efek samping, diantaranya efek antimuskarinik seperti kabur, mulut kering, sedasi, bingung, kontipasi, retensi urin. Efek anti α adrenergik seperti hipotensi, pusing
Semua obat neuroleptika bekerja menghambat dopamin sehingga hampir semuan mempunyai efek antiemetik (seperti diterangkan diatas)

Golongan Obat pada Ansietas (Cemas)

Ansietas adalah gangguan mental berupa suatu ketegangan yang tidak menyenangkan, rasa takut,gelisah dan penyebabkannya tidak diketahui. Ansietas ringan tidak perlu diobati, ansietas berat diobati. Gejala ansietas adalah Takhikardi, berkeringat, gemetar, palpitasi dan aktivitas simpatik
Secara farmakologi penyebab ansietas karena terjadinya letupan neuritansmitter di otak, sehingga obat – obat yang digunakan untuk menurunkan gejala ansietas adalah menormalkan letupan neurotransmitter yang terjadi di otak.

Golongan Obat Antiansietas (Ansiolitik)
Obat yang digunakan untuk mengobati cemas, dari golongan benzodiazepin, golongan ini dibedakan berdasarkan sifat ada tidaknya efek hipnotik, dengan pembagian sebagai berikut :
Pertama, golongan benzodiazepin Bersifat ansiolitik dan tidak mempunyai efek hipnotik adalah Alprazolam, Klordiazepoksid, Klonazepam, Klorazepat, Diazepam dan Lorazepam . Kedua Golongan benzodiazepine Bersifat Hipnotik adalah Quazepam, Midazolam, Estazolam, Flurazepam, Temazepam dan Triazolam.
Mekanisme Kerja benzodiazepine sebagai anti cemas ,
1. Letupan neuron (cemas) dapat terjadi karena tertutupnya saluran Cl, karena tidak ada ikatan pada GABA sehingga reseptor kosong. Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka.
2. Bila pengikatan GABA diperkuat oleh benzodiazepin (obat ansiolitik), yang menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.
3. Masuknya Cl membuat hiperpolarisasi yang dapat menghambat letupan neuron. (lihat gambar 8.3)

Gambar 8.3

Indikasi obat golongan Ansiolitik
1. Untuk gangguan ansietas digunakan diazepam, untuk pasien yang memerlukan pengobatan lama. Alprazolam untuk pengobatan lama atau pendek. Obat ini menimbulkan adiksi sehingga hanya untuk ansietas kronik.
2. Untuk gangguan otot digunakan diazepam, bisa juga digunakan untuk kaku otot.
3. Untuk penanganan kejang dengan obat klonazepam untuk kejang karena epilepsi. epilepsi Klorazepat, diazepam dan oksazepam untuk pengobatan akut putus alkohol.
4. Untuk gangguan tidur, tidak semua benzodiazepam dapat digunakan sebagai obat tidur, meskipun semua mempunyai efek sedatif dan penenang. Yang digunakan untuk gangguan tidur (obat tidur) adalah Flurazepam, Temazepam, Triazolam

BAB IX
Golongan Obat pada Penyakit Epilepsi

Epilepsi adalah suatu kelainan kejang kambuhan yang berbeda -beda yang memiliki persamaan yaitu lepasan saraf otak yang mendadak, berlebihan dan tidak normal. Lepasan neuron yang mendadak ini menyebabkan gerakan - gerakan atau persepsi yang abnormal yang berlagsung singkat tetapi cenderung berulang.
Perbedaan tempat lepasan listrik yang terjadi menentukan perbedaan gejala yang timbul, misal epilepsi yang menyebabkan kejang – kejang jika motor korteks yang terlibat. Tetapi jika korteks parietal atau oksipital yang terlibat, gejala serangan halusinasi penglihatan, pendengaran atau penciuman yang timbul.
Etiologi epilepsi primer terjadi bila tidak ada penyebab anatomik yang spesifik untuk kejang, seperti trauma. Kejang2 ditimbulkan karena abnormalitas turunan dalam SSP. Biasanya pasien diobati dengan obat antiepileptik.
Sementara etiologi epilepsi sekunder disebabkan oleh sejumlah gangguan yang reversibel, seperti tumor, luka kepala, hipoglikemik, infeksi meningen atau penghentian alkohol secara cepat pada peminum.

Klasifikasi Epilepsi terdapat 2 (dua) jenis yaitu yang bersifat parsial dan generalisata.
Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana, dimana selama kejang kesadaran tidak terganggu.
B. Parsial kompleks, dimana selama kejang kesadaran terganggu.
Generalisata :
A. Tonik-klonik (gran mal), bila kejang diawali fase tonik adalah kontraksi kuat dan kaku otot lengan dan tungkai. Lalu diikuti fase klonik yaitu kontraksi dan relaksasi ritmik otot, menyebabkan hilangnya kesadaran.kebingungan dan kelelahan.
B. Absence (petit mal ), bila kehilangan kesadaran yang pendek dan sembuh sendiri. Memandang dan berkedip2 cepat selama 3-5 detik.
C. Mioklonik, bila terjadi kontraksi otot yang singkat berulang2 dalam beberapa menit, serangan ini jarang terjadi bagi semua umur.
D. Kejang demam yaitu terjadi kejang pada anak 3 bulan sampai 5 tahun disertai demam tinggi, biasanya kejang tonik-klonik yang berlangsung singkat.
E. Status epileptikus yaitu serangan – serangan epilepsi yang berlangsung secara cepat.

Golongan Obat Antiepilepsi
1. Fenitoin
2. Karbamazepin
3. Fenobarbital
4. Asam valproat
5. Benzodiazepin
6. Gabapentin, Lamotrigen
Mekanisme Kerja Obat Antiepilepsi secara umum adalah menghambat lepasan listrik dari area fokal atau mencegah meluasnya lepasan listrik abnormal ke daerah disekililing otak.

Fenitoin
Untuk serangan tonik-klonik dan parsial (fokal) untuk pasien dewasa. Interaksi obat terjadi bila fenitoin diberikan bersamaan dengan kloramfenikol, dikumarol, cimetidin, sulfonamid. INH, karena obat – obat tersebut dapat menghambat metabolisme fenitoin, sehingga konsentrasi fenitoin meningkat dalam plasma. Sebaliknya apabila diberikan bersamaan dengan karbamazepin akan memperkuat metabolisme fenitoin.

Karbamazepin
Karbamazepin efektif untuk serangan epilepsi parsial (sederhana dan kompleks), Merupakan obat pilihan pertama. Dapat juga digunakan untuk terapi manik – depresi dalam memperbaiki gejala manik – depresi.
Interaksi obat terjadi bila diberikan bersamaan dengan simetidin, diltiazem, eritromisin, INH, profoksifen karena obat – obat tersebut, akan menghambat metabolit karbamazepin sehingga konsentrasi karbamazepin meningkat dalam plasma.

Fenobarbital
Beberapa indikasi Fenobarbital, yaitu digunakan untuk serangan kejang parsial sederhana, kurang efektif untuk serangan parsial kompleks, Status epileptikus pada anak - anak, Serangan kejang demam pada anak - anak, serangan tonik-klonik kambuhan bila tidak responsif terhadap kombinasi diazepam dan fenitoin.
Dapat juda dipakai sebagai sedatip ringan untuk menghilangkan ansietas ketegangan mental dan insomnia, walaupun benzodiazepin lebih baik.

Asam valproat
Asam valproat digunajan pada serangan mioklonik, petit mal, tonik-klonik. Asam valproat juga digunakan untuk pengobatan bipolar pada fase manik. Interaksi obat akan terjadi bila dgunakan bersamaan dengan fenobarbital, karena asam valproat akan menghambat metabolisme fenobarbital.

Benzodiazepam
Golongan benzodiazepam yang digunakan untuk epilepsi kronik adalah klonazepam, klorazepat. Sedangkan untuk gejala epilepsi akut digunakan diazepam. Golongan Benzodiazepam paling aman dan sedikit sekali memberikan efek samping. Tapi kekurangannya dapat menimbulkan sedatif atau mengantuk.

Gabapentin
Gabapentin merupakan kelas obat baru pada penyakit epilepsi. Dapat digunakan pada serangan parsial sederhana dan kompleks, serangan generalisata tonik-klonik.

BAB X
Golongan Obat Analgetika Kuat

Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering, sebenarnya nyeri berfungsi untuk mengingatkan atau melindungi atau memudahkan diagnosa. Tetapi apabila sangat menyiksa penderita, sehingga nyeri kadang harus dihilangkan.
Beberapa rangsang yang dapat menimbulkan nyeri, yaitu kerusakan jaringan, gangguan metabolisme jaringan. Kerusakan dan gangguan tersebutakan membebaskan senyawa yang disebut zat nyeri (mediator nyeri) berupa Histamin, Bradikinin, Serotonin, Ach da Prostaglandin.
Nyeri
Somatik
Nyeri
Permukaan
Nyeri I
Nyeri II
Kulit
Nyeri
Dalaman
Otot
Jaringan ikat
Tulang
Sendi
Perut
Nyeri
Viseral
Contoh : Tusukan jarum, cubitan
Contoh : Kejang otot,
Sakit kepala
Contoh ; kolik kantung empedu, nyeri luka lambung


Sebenarnya yang terjadi dalam tubuh, apabila terjadi rangsang yang dapat menimbulkan nyeri, secara otomatis tubuh akan mengaktifkan System penghambat nyeri yang diperankan oleh senyawa endogen, yaitu Endorfin dan Enkefalin.
Endorfin (endogen) dan obat gol analgetika kuat (eksogen) bekerja pada reseptor yang sama, yang disebut reseptor opiat, sama farmakodinamika sama tapi berbeda dalam farmakokinetikanya, karena sifat peptida pada endorfin.
Mekanisme Kerja Endorfin Kerja pada saraf prasinaptik menurunkan pembebasan neurotransmitter lain, khususnya senyawa P yang berfungsi sebagai pembawa impuls nyeri sanaptik.sehingga jumlah potensial aksi yang ditimbulkan menurun.
Salah satu contoh mekanisme sistem penghambat nyeri yang terjadi pada kasus kecelakaan lalu lintas, yang menimbulkan sistem penghatar nyeri menaik, Masih terdapat sistem penghambat nyeri tubuh yang mempersulit penerusan impuls nyeri dengan demikian menurunkan rasa nyeri. Menjelaskan kenapa pada situasi tekanan (stress) pada luka pada kecelakaan lalu lintas mula2 tidak terasa, baru disadari setelah berhentinya ketegangan.

Mekanisme terjadinya nyeri pada SSP
Pada system saraf pusat (SSP) yang terdiri dari medulla spinalis, medulla oblongata, midbrain dan korteks serebri, terdapat reseptor yang berhubungan dengan nyeri disebut reseptor opioid.
Reseptor opioid tersebut bila berikatan dengan senyawa yang dilepaskan oleh tubuh karena adanya kerusakan, perasan emosional dan perasaan sensorik yaitu senyawa bradikinin, serotonin dan prostaglandin maka ikatan reseptor opioid – senyawa kimia tersebut akan terjadi proses nyeri.
Proses nyeri tersebut dapat dihambat bila reseptor opioid berikatan dengan endorfin dan enkefalin sehingga menghasilkan efek analgetik. mekanisme yang terjadi pada proses analgetik adalah ikatan antagonis kompetitif.
Reseptor opioid dibagi menjadi beberapa kelas reseptor, dan memiliki makna farmakologis yang penting yaitu, μ, δ, dan κ.
Table 1.1
no
Kelas
Efek kerja
1
Reseptor μ
analgesi supraspinal, derpresi pernapasan, menurunkan motilitas GI dan kontraksi pupil.
2
Reseptor κ
Analgesia spinal, sedasi, kontraksi pupil
3
Reseptor δ
Disforia, halusinasi, efek psikotomimetik, dan dilatasi pupil

Beberapa Golongan Obat Analgetika Kuat
Salah satu contoh obat yang mempunyai efek analgetika kuat, yaitu meferidin (Pethidin), morfin, fentanil dan tramadol.

Meferidin (Pethidin)

Komposisi :
Pethidine HCl injeksi 50 mg/ml
Petidin tablet 50 mg
Indikasi : analgesia untuk semua tipe nyeri yang berat.
Nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left ventricular failure
Cara kerja obat : Petidin merupakan narkotika sintetik derivat fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap susunan saraf pusat. Petidin terutama bekerja sebagai agonis reseptor µ.
Efeknya terhadap SSP adalah menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, dapresi pernafasan serta efek sentral lain. Efek analgesik petidin timbul aga lebih cepat daripada efek analgetik morfin, yaitu kira-kira 10 menit, setelah suntikan subkutan atau intramuscular, tetapi masa kerjanya lebih pendek, yaitu 2-4 jam. Absorbsi petidin melalui pemberian oral maupun secara suntikan berlangsung dengan baik. Obat ini mengalami metabolism di hati dan diekskresikan melalui urin.
Dosis dan cara pemberian :
Analgesi Obstetrik : Dosis tunggal 100-150 mg IM, Boleh diulang hanya sekali, tapi jarang.
Hindari penggunaan total lebih dari 1,5 mg/kg
Penghilang nyeri neonatal : Dosis 1 mg/kg IM atau IV (diulang setelah 6-8 jam), resiko besar terjadinya depresi pernapasan.
Kontra indikasi :
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat, Depresi pernafasan, Alkoholisme akut, kejang-kejang, Penderita asma bronchial dan payah jantung sebagai akibat dari penyakit paru-paru kronik, Hipersensitif terhadap petidin, Penderita yang menggunakan MAOI dalam jangka waktu 14 hari sebelumnya, Cedera kepala, Asidosis diabetik, Hipertensi.
Peringatan :
- Petidin sebaiknya tidak diberikan secara intravena kecuali peralatan resusitatif dan antagonis opioid telah disiapkan
- Dosis tinggi/pemberian petidin dengan cepat secara IVdapat menyebabkan terjadinya depresi pernafasan secara cepat
- Petidin injeksi sebaiknya diberikan secara perlahan-lahan dan dalam larutan yang telah diencerkan
- Penggunaan tidak dianjurkan pada penderita dengan luka pada kepala dan kenaikan intrakanial
- Dapat menimbulkan kesukaran pada saat eksplorasi oleh alat pada duktus empedu
- Pemberian secara intra-arterial yang kurang hati-hati dapat menyebabkan terjadinya nekrosis dan pembekakan
- Dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis dapat timbul pada pengulangan dosis
- Penghentian penggunaan petidin secara tiba-tiba pada penderita yang ketergantungan secara fisik dapat menimbulkan sindroma putus obat termasuk konvulsi
- Digunakan secara hati-hati dan jika diperlukan penguranagan dosis dianjurkan pada penderita manula dan penderita dengan kerusakan fungsi paru-paru, hati, ginjal, dan penderita hipotiroid, insufisiensi, hipertrofi prostat, atau penyempitan urethra, hati-hati juga pada penderita yang masih sangat muda atau penderita yang menerima terapi seperti fenobarbital dan phenitoin
- Tidak boleh untuk penderita infark cardiac karena menyebabkan kenaikan tekanan darah dan hambatan sistemik vascular sebanding dengan peningkatan kecepatan denyut jantung
- Hiperglikemia terjadi pada agonis opioid
- Dapat menyebabkan depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir
- Pada mata petidin dapat menyebabkan miosis, midriasis atau tidak adanya perubahan pupil.
- Penggunaan pada saat menyusui tidak dianjurkan karena dapt mengakibatkan air susu mengandung petidin dan belum diketahui secara signifikan secara klinis
Efek samping :
- Dosis besar meferidin menyebabkan tremor, kedutan otot, dan sangat jarang, konvulsi.
- Hipotensi yang berat bila obat ini diberikan pasca operasi.
- Dapat menyebabkan ketergantungan.
Interaksi obat :
- Isoniazid : Meningkatkan efek samping isoniazid.
- Antidepresan (MAOi & trisklik) : Potensiasi efek antidepresan.
- Kontraseptik oral & estrogen : Menghambat metabolisme petidin.
- MAO inhibitor : Penggunaan bersama petidin menyebabkan serotonin sindrom (agitasi, sakit kepala, hipertensi, hipotensi, konvulsi, hiperpireksia, koma),
- Agonis opiod lainnya, anestetik umum, trankuilizer, sedative, hipnotik : Potensiasi efek depresi sistem saraf pusat.
- Relaksan otot : Opioid dpt meningkatkan kerja penghambatan neuromuscular
- Kumarin antikoagulan : Potensiasi aktivitas antikoagulan.
- Diuretik : opioid menurunkan efek diuretic pada pasien dengan kongestif jantung

Morfin
Komposisi : Mengandung morfin sulfat 10 mg/ml
Indikasi : Digunakan untuk pre-medikasi bedah, mengatasi nyeri pasca bedah, nyeri akibat kanker.
Cara kerja obat : Morfin mengikat reseptor opioid, terutama reseptor μ ( lihat tabel 1.1 )
Dosis dan cara pemberian :
Untuk mendapatkan dosis bolus tunggal 1 mg/ml adalah 0,1 ml (1 mg) ad 1 ml dengan NaCL 0,9%.
Untuk infus kontinu, encerkan 1 ml preparat dengan 10 ml NaCL 0,9%, ambil 1 ml yang telah diencerkan tadi kemudian di encerkan lagi dengan 50 ml Dektrose 10%, infuskan dengan kecepatan 1 ml/jam.
Efek samping : Depresi pernapasan berat, muntah, alergi yang meningkatkan efek hipotensi
Interaksi obat :
Penggunaan bersamaan dengan fenotiazin, IMAO, antidepresan trisiklik, amfetamin dapat meningkatkan analgesia.
Cara penyimpanan : Pada lemari khusus obat sesuai aturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika.

Fentanil
Komposisi : Cairan injek 0,05 mg/ml
Indikasi : Analgetik narkotik tambahan pada anestesi umum atau regional, memperkuat Anesthesia, nyeri berat pada pasien yang telah mendapatkan terapi opioid untuk mengatasi nyeri kanker kronis, depresan nafas pada pasien dengan assisted respiretion
Cara kerja obat :
Fentanyl merupakan golongan opioid sintetik dari kelompok fenilpiperidin
dan bekerja sebagai agonis reseptor M. fentanyl banyak digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih singkat dibanding morfin dan meperidin (sekitar 5 menit) efek cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus dan relatif kurang mempengaruhi kardiovaskuler.
Dosis dan cara pemberian :
Penggunaan IV dan IM
IV 25 – 50 mcg / jam ; IM 0,05 – 0,1 mcg tiap 1 – 2 jam
Penggunaan Transdermal 25 mcg/jam tiap 72 jam
Penggunaan transmukosal 200 mcg dapat diulang satu kali, 30 menit setelah dosis pertama lalu dititrasi/disesuaikan secara bertahap.
Kontra indikasi : Depresi pernapasan., Luka kepala., Alkoholisme akut. Dan Serangan asmatis akut.
Peringatan : Pasien berusia lanjut dan lemah, Difungsi hati & ginjal, Penyakit paru.
Menurunnya cadangan pernapasan, Anak berusia kurang dari 2 tahun, Hipotiroidisme, Pembesaran prostat, Syok, Sumbatan usus besar, Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Efek samping : Depresi pernapasan, otot kaku, hipotensi, bradikardia, laringospasme, mual dan muntah. Kedinginan, kelelahan, halusinasi setelah operasi, gejala-gejala ektrapiramidal saat digunakan dengan suatu tranquilizer seperti Droperidol.
Interaksi obat : Premedikasi opioid : analgesic opioid meningkatkan efek sodium oksibat
(hindari penggunaan bersamaan)
Hindari penggunaan dengan Obat-obat depresan susunan saraf pusat.
Nitroksida.

Tramadol
Komposisi : Mengandung Tramadol Hidroklorid 50 mg
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa dan anak > 16 thn
Dosis umum : dosis tunggal 50 mg, dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambah 50 mg setelah selang waktu 30-60 menit.
Dosis maksimum : 400 mg sehari, dosis sangat tergantungpada intenstas rasa nyeri yang diderita
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan ”bersihan klirens” < 30 ml/menit : dosis tramadolnya 50-100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg per hari.
Pasien dengan cirrhosis : dosis tramadolnya 50 mg setiap 12 jam.
Kontra indikasi : hipersensitifitas terhadap tramadol dan opiat

BAB XI
Golongan Obat Analgetik Lemah

Bagaimana proses nyeri dan inflamasi terjadi di sistem perifer.
Prostaglandin adalah suatu mediator kimia atau hormon lokal yang diproduksi dalam jumlah kecil oleh semua jaringan secara normal, dan di dalam tubuh dengan cepat di metabolisme menjadi bentuk yang inaktif.
Tapi dalam kondisi infeksi, luka atau kerusakan metabolisme jaringan prostaglandin akan diproduksi lebih banyak, prostaglandin ini berasal dari fosfolipid membran sel yang rusak akibat kerusakan, infeksi atau luka tersebut, sehingga prostaglandin beredar dalam darah.
Prostaglandin yang dilepaskan tersebut dapat menyebabkan inflamasi dan nyeri, sebenarnya merupakan penanda bahwa di dalam tubuh telah terjadi sesuatu yang abnormal, dan manifestasi yang dirasakan oleh penderita adalah nyeri.
Sintesa Prostaglandin, berasal dari prekursor asam arakidonat yang terdapat dalam fosfolopid membran sel (salah satu komponen membran sel)
Dalam proses nyeri dan inflamasi terjadi dua jalur sintesa mediator kimia yaitu,
Jalur Siklooksigenase sebagai jalur sintesa prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin dari asam arakidonat. Dan Jalur Lipooksigenase sebagai jalur sintesa leukotrien dari asam arakidonat.
Enzim yang berperan dalam pembentukan prostaglandin adalah Enzim siklooksigenase, enzim tersebut terdapat sebagai jenis COX1 dan COX2.

Mekanisme Kerja Analgetika
Analgetika lemah (sampai sedang) bekerja secara perifer, selain kerja analgetika golongan obat ini juga memiliki spektrum kerja lain yaitu antipiretik dan antiflogistik
Golongan obat analgetika ini disebut juga anti inflamasi non steroid (AINS) dengan mekanisme kerja menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu.
, selain itu terdapat juga golongan obat lain yang mempunyai kerja menghambat sintesa prostaglandin (kerja analgetika) tetapi golongan tersebut mempunyai struktur steroid sehingga dinamakan anti inflamasi steroid (AIS) dengan mekanisme kerja yang berbeda yaitu menghambat pembentukan asam arakhidonat (zat pembentuk prostaglandin) dari fosfolipid. (lihat gambar 11.1)

Luka/trauma
Kerusakan Membran sel
Phospolipod
Asam Arakhidonat
Endoperoksid PGG2
Prostaglandin
Hidroperoksid
Leukotrien
Enzim Lipooksigenase
Enzim Siklooksigenase
Dihambat AIS
Dihanbat AINS
Gambar 11.1
Cara obat analgetika bekerja terhadap nyeri, yaitu :
- Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintetik prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer.
- Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan mamakai anastetika permukaan atau anestetika infiltrasi.
- Menghambat penerusan rangsang dalam serabut sensorik dengan anestetika konduksi.
- Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf pusat dengan analgetika yang bekerja pada pusat atau obat narkosis.
- Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka (trankuilansia, neuroleptika, antidepresiv)

Beberapa Golongan Obat Analgetika lemah
Derivat asam propionat
Ibuprofen
Ketoprofen
Derivat asam salisilat
Aspirin
Derivat asam fenamat
Asmef
Derivat Pirazolon
Fenilbutazon
Derivat asam asetat
Asam fenilasetat co : Diklofenak
Asam asetat indol co : Indometasin, Sulindac
Derivat Oksikam
Piroksikam
OBAT AINS

Parasetamol
Komposisi : Mengandung parasetamol 500 mg
Indikasi : Meringankan rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi, menurunkan demam, setelah vaksinasi.
Cara kerja obat :
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa : 3-4 kali sehari 500 mg
Umur 6-12 thn : 250-500 mg per 6-8 jam
Umur >1-5 thn : 125-250 mg per 6-8 jam
Umur <1 thn : 60-120 mg per 6-8 jam atau menurut petumjuk dokter.
Kontra indikasi :
Tidak boleh digunakan pada pederita dengan gangguan hati berat.
Hipersensitif terhadap parasetamol da defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Peringatan :
Dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat (disfungsi hati dan ginjal)
Hati-hati pada penderita forpiria, peminum alkohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan hati.
Efek samping :
Penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan hipersensitifitas.
Ruam kulit dan reaksi alergi lainnya.
Kasus khusus : purpura trombositopenik, anemia hemolitik dan agranulositosis.

Ibuprofen
Komposisi : Ibuprofen 200 mg
Indikasi :
Meredakan demam, mengurangi rasa nyeri pada sakit gigi, sakit kepala nyeri otot, nyeri setelah operasi cabut gigi dan penyakit reumatik.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa : 200 mg 3x4 kali/hari
Anak-anak 1-12 thn untuk mengurangi demam suhu < celcius =" 5"> 39 derajat celcius = 10 m /kg BB, diberikan 2-4 kali/hari.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap ibuprofen atau AINS lainnya, ulkus peptik berat dan aktif, hamil trimester ketiga.
Efek samping : Gangguan salran cerna, mual muntah, nyeri lambung, diare, konstipasi, perdarahan lambung, ruam kulit, bronkospasme, trombositopenia dan penurunan ketajaman penglihatan.

Asam Mefenamat
Komposisi : Tiap kaplet mengandung 500 mg asam mefenamat.
Indikasi : meredakan nyeri ringan sampai berat pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, dismenore, nyeri rematik, nyeri tulang belakang, demam.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa dan anak > 14 tahun : awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore : awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam.
Kontra indikasi : Pasien dengan tukak peptik, kerusakan ginjal dan pasien asma yang sensitif terhadap Anti inflamasi Non steroid.
Peringatan :
Penggunaan asam mefenamat maksimal 7 hari.
Penggunaan obat diberikan segera sesudah makan.
Hati – hati penggunaan pada ibu hamil dan menyusui.
Pada pasien dengan peradangan abdomen efek samping diare dapat menjadi berat.
Tidak dianjurkan penggunaan pada anak dibawah 14 tahun.
Efek samping :
Diare, mengantuk, konstipasi dan anemia hemolitik, eritema kulit, bronkokontriksi.
Interaksi obat :
Pemberian Asam Mefenamat bersama dengan Anti Koagulan (mencegah pembekuan darah) akan menyebabkan efek anti koagulan meningkat sehingga resiko perdarahan meningkat.

Ketoprofen
Komposisi, Ketoprofen tersedia dalam bentuk sediaan:
Tablet : 50 mg, 100 mg, 200 mg
Supositoria : 100 mgInjeksi : 100 mg/ml-ampul, 100 mg/2ml, 100 mg/vialGel : 2,5 mg/g, 25 mg
Indikasi :
Ketoprofen dapat digunakan sebagai anti-encok seperti Rematik inflamasi kronik/abartikuler, gout, atritis akut, osteoatritis, rematoid atritis, skiatika, dan nyeri pada punggung bawah
Ketoprofen umumnya diresepkan untuk arthritis inflamasi yang berhubungan dengan nyeri atau sakit gigi yang parah yang mengakibatkan radang gusi. Ketoprofen dapat juga digunakan untuk mengobati rasa sakit, terutama nyeri saraf seperti neuralgia pasca-herpes untuk radiculopathy, dalam bentuk krim, salep, cair, semprot, atau gel yang juga berisi Ketamine dan lidokain, bersama dengan agen lain yang mungkin berguna seperti cyclobenzaprine, amitryptiline, asiklovir, gabapentin, orphenadrine dan obat lain yang digunakan untuk pengobatan sebagai NSAID atau ajuvan, atipikal atau nyeri potensiator.
Cara kerja obat : Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek
antiinflamasi,analgesik dan antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin. Pada pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,5–2 jam. Waktu paruh eliminasi pada orang dewasa 3 jam, dan 5 jam pada orang tua.
Dosis dan cara pemberian :
Penggunaan oral
Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan makanan atau susu.
Penggunaan IM
50–100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari, tidak lebih dari 3 hari.
Penggunaan supp
1 suppositoria pada pagi dan malam hari, 1 suppositoria pada malam hari, jika digabungkan dengan pemberian oral pada siang hari.
Penggunaan Gel
2 x sehari dioleskan tipis pada bagian yang nyeri, maksimal pemakaian 7 hari.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.
Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
Ulkus peptikum dan pada penderita asma.
Peringatan :
Hati-hati bila diberikan pada penderita hiperasiditas lambung.
Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.
Efek samping :
ulkus gastrointestinal, penurunan jumlah sel darah merah (akibat pendarahan GI), dan jarang kerusakan ginjal, protein kerugian, dan gangguan perdarahan.
Interaksi obat :
Ketoprofen tidak boleh digunakan dalam dengan NSAID atau kortikosteroid lainnya, karena hal ini meningkatkan risiko ulserasi GI. Ini juga harus digunakan dengan hati-hati dengan antikoagulan lain. Hal ini umumnya digunakan dengan omeprazol, sucralfate, dan simetidin untuk membantu melindungi saluran GI.
Petunjuk konsultasi :
Katakan pada dokter, jika anda alergi atau mengalami reaksi apapun yang tidak lazim, atau terhadap obat – obatan seperti aspirin atau salisilat yang lain, ketorolak, oksifenbutazon, suprofen, zomepirak.
Jangan memakai ketoprofen selama 3 bulan terakhir kehamilan, kecuali atas perintah dokter.
Efek yang timbul pada anak –anak sama dengan efek yang timbul pada orang dewasa.
Katakana pada dokter, jika anda mengalami masalah kesehatan berikut : alcohol, masalah perdarahan, colitis ( tukak lambung, atau gangguan saluran cerna lain ), diabetes mellitus, hepatitis atau gangguan hati lainnya, sedang atau punya riwayat gangguan ginjal, baru – baru ini mengalami iritasi atau perdarahan pada anus, system lupus erythematous, merokok atau pernah merokok, anemia, asma, epilepsy, retensi cairan ( kaki membengkak), penyakit jantung, penyakit jiwa, Parkinson, tukak, bintik putih atau merah di mulut ( jika timbul setelah memakai obat, kadang – kadang menunjukan efek samping yang serius.
Untuk mengurangi gangguan cerna, sebaiknya diminum bersama makanan atau antasida.
Tidak perlu diminum bersama makanan, jika sediaan salut enteric karena dapat melindungi lambung dari iritasi obat.
Jika menggunakan antasida, sebaiknya jenis kombinasi alumunium dengan magnesium kecuali jika dokter memberikan antasida jenis lain.
Minumlah obat ini dengan segelas air putih (250 ml).
Beberapa sediaan obat harus ditelan utuh, tidak boleh digerus atau dihancurkan.
Agar efektif dan aman, jangan minum melebihi anjuran dosis, frekuensi dan lamanya pengobatan dari dokter anda.
Simpan di tempat yang terhindar dari panas dan cahay serta jauhkan dari jangkauan anak – anak.
Jangan di simpan di tempat yang lembab atau panas karena akan merusak obat.
Jagalah agar suppositoria atau sediaan cair obat ini tidak beku
Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau tidak digunakan lagi.

Piroxicam
Indikasi : Rematoid artritis, osteoartritis, anklilosing spondilitis, gout akut dan gangguan muskulo skeletal akut.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa :
Rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis : 20 mg dalam dosis tunggal atau dosis terbagi
Gout akut : 40 mg sehari dalam dosis terbagi selama 4-6 hari. Tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
Gangguan muskulo skeletal akut : 40 mg sehari dalam dosis tunggal / dosis terbagi selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari dalam dosis tunggal selama 7-14 hari.
Kontra indikasi :
pada penderita yang hipersensitif terhadap Piroxicam, cross sensitivitas yang potensial terhadap aspirin dan obat-obat anti inflamasi non steroid lain dapat mengalami bonchospasm, nasal polip dan angioedema.
Penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung aktifatau sejarah tukak yang berulang perforasi atau pendarahan lambung.
Peringatan :
hati-hati bila digunakan pada pendeita dengan riwayat penyakit saluran cerna bagian atas, kegagalan fungsi ginjal, kegagalan fungsi jantung, hipertensi, dan keadaan lain yang berhubungan dengan retensi cairan, kaena dapat memperburuk keadaan.
Gangguan fungsi hati
Data-data yang menunjang keamanan pemakaian pada wanita hamil dan menyusui belum mencukupi.
Keamanan pnggunaan pada anak-anak belum diketahui dngan pasti.
Efek samping :
Ikatan dengan protein darah kuat dan menggantikan ikatan albumin dengan obat lain.
Piroxicam dan aspirin tidak boleh diberikan secara bersamaan.
Hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan litium akan meningkatkan kada litium dalam plasma.
Interaksi obat :
Ikatan dengan protein darah kuat dan menggantikan ikatan albumin dengan obat lain.
piroxicam dan aspirin diberikan secara bersamaan.akan meningkatkan efek analgetik
hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan litium akan meningkatkan kadar litium
dalam plasma.

BAB XI
Golongan Obat Anestesi


Penggunaan obat untuk anestesi tidak digunakan tunggal selalu dikombinasi, bersamaan dengan obat preanestesi atau dengan pelemas otot tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan, membantu proses anestesi dan menurunkan dosis obat anestesi.
Golongan obat Preanestetik dapat menyebabkan penderita tenang, menghilangkan rasa sakit, melindungi terhadap efek yang tidak diinginkan pada proses pembedahan selanjutnya.
Jenis obat preanestesi
- Benzodiazepin : untuk menghilangkan ansietas dan memudahkan amnesia.
- Untuk sedasi : barbiturat.
- Antihistamin untuk mencegah reaksi alergi difenhidramin.
- Untuk mengurangim keasaman lambung : simetidin.
- Antiemetik : droperidol.
- Analgesia : opioid
- Antikolinergik : skopolamin
- Obat2 ini membantu kelancaran anestesi dan menurunkan dosisi anestesi.
Tahap anestesi
1. Mengalami analgesia,
2. Amnesia, dan
3. Tidak sadar sedangkan
4. Otot mengalami relaksasi dan
5. Penekanan refleks yang tak dikehendaki.
Fase anestesi terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu, induksi, pemeliharaan dan sadar kembali dari anestesi.
- Induksi : suatu periode waktu dari mulai pemberiaan anestetik sampai pada anestesi pembedahan yang efektif pada penderita. Atau kecepatan konsentrasi efektif obat anestetik yang mencapai otak.
- Pemeliharaan : suatu fase anestesi yang bertahan.
- Sadar kembali : pembalikan induksi dan tergantung dari seberapa cepanya obat anestetik hilang dari otak atau waktu dari putusnya pemberian obat anestetik sampai kesadaran kembali.
Kedalaman Anestesi
Kedalaman anestesi ditandai dengan meningkatnya penekanan SSP yang disebabkan oleh penumpukan obat anestetik di otak. Dibagi dalam 4 stadium diantaranya,


Stadium I (fase analgesia) : Hilangnya sensasi nyeri akibat gangguan transmisi sensorik pada traktus spinotalamikus. Penderita sadar dan dapat diajak bicara. Pada saat mendekati
Stadium II (gelisah) : Penderita mengalami delirium dan tingkah laku kekerasa, tekanan darah dan pernapasan meningkat, untuk menghindari stadium ini dapat diberikan barbiturat kerja singkat, seperti natrium pentotal yang diberikan secara IV sebelum diberikan anestetik inhalasi.



STADIUM KEDALAMAN ANESTESI
Stadium III (anestesi pembedahan) : Relaksasi otot rangka, refleks mata menurun, pergerakan bola mata terhenti, pembedahan dapat dilakukan pada stadium ini.

Stadium IV (paralisis medular) : Depresi kuat pusat pusat pernapasan dan vasomotor, kematian dapat cepat terjadi.


Golongan Obat Anestesi
Obat – obat anestesi yang sering dipakai yaitu, ketamin, benzodiazepin, barbiturate, opioid dan propofol.

Ketamin
Ketamin anestesi non barbiturat kerja secara singkat, dimana penderita tampaknya bangun tapi tidak sadar dan tidak merasakan sakit.
Ketamin digunakan untuk anak - anak dan dewasa muda untuk tindakan singkat, efek ketamin dapat meningkatkan aliran darah otak dan halusinasi pasca bedah (mimpi buruk)
Kombinasi dengan barbiturat dengan tujuan untuk menghilangkan stadium mimpi buruk,

Benzodiazepin
Banyak sekali golongan benzodiazepin yang digunakan untuk tujuan antiansietas (lihat bab ansietas) tetapi untuk penggunaan anestesi lebih banyak dignakan benzodiazepin jenis Lorazepam dan midazolam dimana efek anestesinya lebih kuat dibanding diazepam.
Penggunaan anestesi dari golongan benzodiazepin dapat menimbulkan terjadi amnesia, efek analgesia kurang dan menimbulkan aktivitas otot rangka tak terkendali.
Kombinasi dengan pelemas otot yaitu parasimpatomimetik (isofluran)

Barbiturat
Golongan barniturat adalah Tiopental, tiamilal, metoheksital. Bersifat anestetika kuat dan analgesia lemah. Banyak diberikan secara IV, cepat masuk SSP dan menekan SSP, kurang dari 1 menit.distribusinya luas ke jaringan tubuh, otot rangka dan jaringan adiposa, dari adiposa (gudang obatnya ) kemudian merembes berlahan2 kemudian dimetabolisbagai (bersama analgetika kuat gol opioid.

Opioid
Golongan opioid yang sering digunakan dalam anestesi adalah morfib dan fentanil.
Morfin digunakan dalam anestesi adalah efek analgetika nya yang kuat sehingga harus ditambahkan nitrogen oksida, dan ini merupakan anestesi yang bagus untuk pembedahan jantung. Tetapi kenyataannya fentanil lebih sering digunakan daripada morfin.
Nalokson merupakan antagonis opioid (menghambat kerja efek opioid)

Propofol
Profopol merupakan sedatif/hipnotik IV yang digunakan untuk menginduksi atau memelihara anestesi. Mula kerja pelan terjadi pada waktu 40 detik.
Dan preanestesi untuk propofol yaitu golongan narkotik sebagai analgesi.
BAB I Hormon

Didalam tubuh terdapat 2 (dua) system yang sangat berpenaruh terhadap semua kelangsungan hidup manusia yaitu : Sistem saraf dan sistem endokrin (sistem hormon). Dua system tersebut yaitu, Sistem saraf dan sistem endokrin saling berkoordinasi dan berintegrasi dalam pengaturan semua fungsi – fungsi dalam tubuh, sehingga semua fungsi dalam tubuh berjalan dengan baik.
Sistem endokrin bekerja dengan cara mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya dengan jalan memproduksi hormon yang kadarnya dapat bervariasi dalam darah. Hormone tersebut mempengaruhi semua organ targetnya secara spesifik.
Sementara Sistem saraf bekerja menghantarkan pesan oleh neurotransmitter melalui transmisi impuls listrik pada serabut serabut saraf berakhir pada sel efektor. (dibahas pada bab golongan obat yang mempengaruhi system saraf otonom)

Tempat pembentukan hormon
Yang termasuk organ pembentuk hormon yang sudah lama dikenal :
1. Kelenjar Hipotalamus
2. Kelenjar Hipofisis (pituitary)
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjar paratiroid
5. Pilau langerhans pancreas
6. Kelenjar anak ginjal
7. Kelenjar Testis
8. Kelenjar ovarium.

BAB I I
Hormon Hipotalamus dan Hormon Hipofisis

Kelenjar Hipotalamus
Hipotalamus adalah pemimpin umum sistem hormon, dikatakan pemimpin karena semua perintah dan kendali berawal dari kelenjar hipotalamus ini, kemudian perintah dan informasi akan disampaikan ke seluruh tubuh dengan bantuan kelenjar Hipofisis yang berfungsi sebagai pembantu hipotalamus.
Selain itu hipotalamus juga bertugas memastikan kemantapan dalam tubuh manusia. Dengan cara mengkaji semua pesan-pesan yang datang dari otak dan dari dalam tubuh.
Fungsi Hipotalamus :
1. menjaga kemantapan suhu tubuh,
2. mengendalikan tekanan darah,
3. memastikan keseimbangan cairan, dan
4. bahkan pola tidur yang tepat.
Letak Hipotalamus terletak langsung di bawah otak, Ukuran Hipotalamus sebesar biji kenari. Hipotalamus melepaskan empat hormon,dimana hormon pelepas tersebut setelah dihasilkan akan disimpan di hipofisis dan saat dibutuhkan akan disekresi oleh hipofisis, Adalah :
1. Hormon pelepas hormon pertumbuhan (GRH)
2. Hormon pelepas tirotropin (TRH)
3. Hormon pelepas kortikotropin (CRH)
4. Hormon pelepas gonadotropin (GnRH)
Selain itu Hipotalamus mensekresi dua hormon yang dihasilkannya sendiri tanpa disimpan di hipofisis, yaitu ADH (Vasopresin=hormon penahan air) dan Oksitosin. (lihat gambar 2.1)



Kelenjar Hipofisis
Pembantu Hipotalamus adalah hipofisis, hipofisis menyampaikan informasi tentang keadaan tubuh ke hipotalamus. Kemudian hipofisis juga menyampaikan keputusan yang telah diambil hipotalamus kepada seluruh tubuh.
Misalnya, ketika terjadi penurunan tiba-tiba tekanan darah, informasi dikirimkan, dan mengabari hipotalamus tentang perubahan tekanan ini, lalu hipotalamus memutuskan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menaikkannya dan menyampaikan keputusannya kepada pembantu-pembantunya.
Kelenjar Hipofisis merupakan sekerat daging kecil berwarna merah jambu, dengan ukuran sebesar buncis, berat setengah gram dan dihubungkan ke hipotalamus dalam otak oleh sebuah batang. Berkat hubungan inilah, hipofisis menerima perintah dari hipotalamus untuk menghasilkan hormon yang diperlukan.
Fungsi Hipofisis :
1. mempengaruhi sel-sel jaringan tertentu, tetapi juga
2. mengatur kerja kelenjar-kelenjar hormon lain yang jauh letaknya.
3. Kelenjar pituitari juga memberikan perintah pada kelenjar-kelenjar untuk meneruskan perintah itu ke sel-sel lain dalam tubuh.
Kelenjar Hipofisis dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Hipofisis Anterior dan Hipofisis Posterior

Hipofisis Anterior
Kelenjar Hipofisis Anterior terbagi menjadi 2 (dua) yaitu hormon tropik dan hormon non tropik. Hormon tropik menghasilkan enam hormon yang merangsang kelenjar hormon (endokrin) lainnya, yaitu :
1. Hormon yg merangsang kel tiroid adalah TSH
2. Hormon yg merangsang kelenjar adrenal adalah ACTH atau kortikotropin
3. Hormon yg penghambat hormon pertumbuhan (somatostatin)
4. Hormon yg merangsang folikel adalah FSH
5. Hormon yg merangsang tertis dan ovari adalah Luteneizing (LHRH)
Dan hormone nontropik adalah Hormon hipofisis yang langsung bekerja pada jaringan tubuh.
1. Hormon pertumbuhan (GH) atau somatotropin
2. Hormon prolaktin (PRL).

Hipofisis Posterior
Adalah Bagian belakang kelenjar Hipofisis, hanya tempat menyimpan hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Pada keadaan yang dibutuhkan, hormon-hormon ini dilepaskan dengan perintah dari hipotalamus. Hormon-hormon itu adalah:
1. Vasopresin (hormon antidiuretik)
2. Oksitosin
Jadi, vasopresin dan oksitosin dihasilkan oleh Hipotalamus, hanya disimpan di Hipofisis.

Mekanisme Kerja ACTH (kortikotropin)
Tahapan dari mekanisme kerja ACTH (kortikotropin) adalah :
1. ACTH adalah produk dari proses pasca translasi prekursor polipeptida Pro-Opiomelanokortin, Organ target ACTH adalah korteks adrenal tempat kortikotropin terikat.
2. Setelah di korteks adrenal, ACTH akan memacu perubahan Kolesterol menjadi pregnolon.
3. Kemudian dari pregnolon dihasilkanlah adrenokortikosteroid dan androgen adrenal.
4. Dimana fungsi kortisol adalah kerja antiinflamasi, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan penghancuran protein, Mobilitas lemak, Mobilitas protein, Stabilisasi lisosom

Komunikasi hipotalamus dan Hipofisis
Kedua potong daging ini dapat berkomunikasi satu sama lain. Keduanya bukan manusia sadar yang dapat bercakap-cakap satu sama lain, melainkan dua kelompok sel, sistem komunikasi ini, adalah hasil teknologi maju yang bahkan tak dimiliki manusia, merupakan keajaiban yang patut direnungkan.

Mekanisme kerja hormon hipotalamus dan hormon hipofisis anterior
Hormon – hormon yang dikeluarkan hipotalamus dan hipofisis adalah golongan peptida atau protein dengan berat molekul rendah yang bekerja setelah terikat dengan reseptor di jaringan target.
Hormon hipofisis anterior pengeluarannya diatur oleh neuropeptida (hormon pelepas atau penghambat) yang dihasilkan dari kelenjar hipotalamus.
Interaksi hormon pelepas (hormon releasing) dengan reseptornya menyebabkan terjadinya sintesis dan pelepasan hormon hipofisis (hormon stimulating) masuk ke sirkulasi.
Setiap hormon pengatur hipotalamus mengatur pelepasan hormon spesifik dari hipofisis anterior. Hormon pelepas hipotalamus terutama digunakan untuk maksud – maksud diagnosa (yaitu menentukan insufisiensi hipofisis).

Mekanisme kerja hormon diatas disebut mekanisme umpan balik, dimana :
1. Sintesa dan sekresi hormon hipofisis dikontrol oleh hipotalamus, kemudian hormon hipofisis mengatur sintesa dan sekresi hormon pada organ target, sebaliknya hormon yang disekresi organ target mengatur juga sekresi hipotalamus dan/atau hipofisis.
2. Hubungan antara hipofisis dengan jaringan perifer (organ target) adalah feed back mechanisme atau mekanisme umpan balik. juga antara hipofisis dengan hipotalamus. (lihat gambar 2.2)
Gambar 2.2


Analog Hormon adalah zat sintetis yang berikatan dengan reseptor hormon tertentu, sangat mirip dengan hormon alam, arti klinisnya lebih penting dari hormon alam.
Hormon sintetik atau semisintetik bersifat tahan thd enzim pencernaan, Masa kerja lbh panjang, ES ringan, Karena rumus kimia hormon sintetik dan semisintetik tidak dikenali enzim pemecah, tapi masih bisa berikatan dengan reseptor spesifik hormon alami.
contoh : estradiol alam (durasi kerja pendek) dibandingkan etinilestradiol analog (durasi kerja panjang)

Antagonis Hormon adalah obat atau zat kimia yang menghambat sintesis, sekresi maupun kerja hormon pada reseptornya, sehingga terjadi penurunan atau peningkatan aktivitas hormon bersangkutan
Contoh nya Antitiroid menghambat sintesa hormon tiroid dan Klomifen yang meniadakan umpan balik estrogen sehingga sekresi gonadotropin dari hipofisis tetap tinggi.

BAB III
Hormon Tiroid dan Hormon Paratiroid

Penyakit Tiroid merupakan abnormalitas endokrin yang paling sering ditemukan pada ibu hamil dan penderita Diabetes melitus. Gangguan keseimbangan tiroid dapat menyebabkan kemandulan atau infertilitas.
Fungsi utama kelenjar tiroid adalah memproduksi hormon T4 (Tiroksin) dan T3 (Triiodotironin), dalam tubuh T4 akan dikonversi menjadi T3.
Pada penyakit tiroid akan mengganggu sekresi hormon tiroid dan akan mempengaruhi pengaturan :
1. Kecepatan metabolisme dan produksi panas
2. Sistem saraf pusat dan perifer
3. Sistem saraf simpatis.
4. Frekuensi dan kemampuan kontraksi jantung.
5. Penyerapan gula dalam GIT
6. Reproduksi dan fertilisasi
7. Pertumbuhan badan.
Sebenarnya Fungsi tiroid janin pada ibu hamil tidak tergantung pada ibunya, tapi yodium dan obat – obat anti tiroid yang diminum oleh ibu hamil akan melintas ke dalam plasenta, sehingga pengobatan hipotiroidisme (defisiensi iodium) pada ibu sebaliknya akan menyebabkan hipertiroidisme (kreatinisme neonatal) pada janinnya. Dan yodium radioaktif akan menghancurkan kelenjar tiroid janin. Pemberian yodium dosis tinggi akan menyebabkan gondok pada janin.

Sekresi dan sintesis hormon tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas beberapa folikel denganlapisan tunggal selepitel disekitar lumen yang berisi koloid (tiroglobulin), bentuk simpanan dari hormon tiroid. Tahapan sintesis dan sekresi hormon tiroid yaitu :

Pengaturan sintesa
a. Fungsi tiroid diatur oleh hormon tropik, hormon yang merangsang tirotropin (TSH). Pembentukan TSH diatur oleh hormon pelepas tirotropin dari hipotalamus (TRH).
b. Pengaruh TSH dapat menstimulasi pengambilan yodium.
c. Terjadi oksidasi Yodium (I2) oleh peroksidase diikuti oleh iodinasi tirosin pada tiroglobulin.
d. Kondensasi dua diiodotirosin memberikan peningkatan T4 atau T3 yang masih terikat pada protein
e. Kemudian terjadi Sekresi T3 dan T4 setalah pencairan proteolitik oleh tiroglobulin. (lihat gambar 3.1)
Gambar 3.1


Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid
Sekresi Tiroid Stimulating Hormon (TSH) oleh Hipofisis anterior dipacu oleh Tiroid Releasing Hormon (TRH) yang disekresi oleh Hipotalamus.
Inhibisi balik atau penghentian sekresi TRH dan TSH terjadi secara otomatis bila kadar hormon tiroid tinggi atau yodium yang beredar dalam plasma sudah mencukupi kebutuhan tubuh.

Farmakokinetik hormone tiroid
T3, T4 diabsrbsi stlh peroral. Dan kemudian T4 diubah menjadi T3 lalu T3 bergabung dengan reseptor untuk memacu sintesa protein lanjutan untuk proses metabolisme normal. Dimetabolisme melalui sistem P450
Obat – obatan yang dapat mempercepat metabolisme hormon tiroid :
Fenitoin, rifampin, fenobarbital, dapat memacu enzim P450 shg mempercepat metabolisme hormon tiroid.

Gangguan fungsi tiroid
Gangguan fungsi tiroid dapat terjadi bila kadar tiroid dalam tubuh mengalami gangguan, bisa terjadi karena penurunan hormon tiroid dan disebut gangguan Hipofungsi Tiroid sebaliknya bila terjadi peningkatan hormon tiroid dalam tubuh disebut Hiperfungsi Tiroid.

Hipofungsi Tiroid
Adalah Gejala kekurangan Hormon Tiroid (Hipotiroidisme), bila hebat disebut miksedema.
Gejala hipotiroidisme yaitu bradikardia, cepat flu, lambat perkembangan mental dan fisik (pada anak2 menyebabkan dwarfisme dan keterbelakangan mental).

Hiperfungsi Tiroid
Adalah Gejala kelebihan Hormon Tiroid (Hipertiroidisme), bila terjadi meningkatnya tiroid bebas dalam darah disebut Tirotoksikosis atau penyakit Graves
Gejala hiperfungsi tiroid yaitu Takikardia, aritmia jantung, kurus, gelisah, tremor, produksi panas berlebihan, emsosional.gejala jarang mengedip akan memberikan penampakan melotot
Ibu hamil yang menderita penyakit graves akan mengalami pembesaran pada kel tiroid atau gondok sehingga akan menyebabkan gondok pada janin.

Pengobatan Hipotiroidisme
Pengobatan hipotiroidisme dengan Levotiroksin dan Garam Tiroksin.
Levotiroksin, Dosis : 1x1, Waktu paruh panjang, Steady state setelah 6 – 8 minggu
Toksisitas berbanding dengan dosis : gelisah, palpitasi jantung, takikardi, berat badan menurun tanpa sebab.
Dosis berlebihan akan meningkatkan yodium dalam tubuh shg menimbulkan supresi TSH sampai subnormal, berefek pada osteoporosis dan disfungsi jantung.
Pengobatan pada Hipotiroidisme bila tidak tepat dapat menyebabkan Hipertiroidisme, begitu pula sebaliknya.
Pemberian ASI oleh ibu yang mengkonsumsi obat gol hipotiroidisme masih diperbolehkan.

Pengobatan Hipertiroidisme
Tujuan terapi pada hipertiroidisme adalah menurunkan sintesis dan atau pengeluaran hormon yang ada. Dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis dan terapi farmakologis.
Terapi non farmakologis : dengan cara pengambilan sebagian atau seluruhnya tiroid yaitu dapat dilakukan secara bedah atau perusakan kelenjar dengan fartikel beta yang dikeluarkan oleh yodium (131 I) radioktif, yang secara selektif diambil oleh sel2 folikel tiroid.
Terapi farmakologis :
Penghambatan pelepasan hormon contoh obatnya Yodium. Mekanisme kerja Yodium adalah pertama menghambat iodinasi Tirosin, sehingga mengurangi jumlah tiroglobulin simpanan. Dan kedua, mengambat pelepasan hormo tiroid.
Penghambatan sintesa hormon tiroid. Contoh obatnya Tioamid, Propiltiourasil, Metimazol. Mekanisme kerja obat tersebut :
1. Menghambat proses oksidatif pada proses iodinasi.
2. Menghambat proses oksidatif pada kondensasi pasangan iodotirosin untik membentuk T3 dan T4.
3. Menghambat konversi T4 menjadi T3.
4. Tidak mempengaruhi tiroglobulin simpanan.
Propranolol : penyekat β efektif untuk menghambat perluasan stimulasi simpatis yang terjadi pada hipertiroidisme

Catatan : Penggunaan PTU untuk hipertiroidisme pada ibu hamil lebih baik dibanding karbimazol dan Metimazol, karena pelintasan plasenta oleh PTU lebih sedikit.
PTU dan Karbimazol akan masuk melalui ASI shg dapat menyebabkan pembesaran tiroid bayi serta hipotiroidisme, pemberian obat harus dosis rendah, pemberian ASI sebelum ibu minum obat.

Hormon Paratiroid (HPT)
Fungsi Hormon Paratiroid yaitu, mempertahankan fungsi kalsium pada cairan ekstrasel, melalui pengaturan absorbsi kalsium di ginjal dan mobilisasi kalsium di tulang.
Sekresi HPT dipengaruhi kadar kalsium plasma. Bila kadar kalsium rendah (Hipokalsemia) maka sekresi HPT meningkat, begitu sebaliknya. Dimana fungsi kalsium untuk, proses pembekuan darah, kontraksi otot rangsa dan berperan dalam fungsi saraf.
Selain itu keseimbangan kalsium, dipengaruhi faktor Vitamin D, HPT, Kalsitonin, Hormon Pertumbuhan, Hormon Kelamin, Tiroksin, Glukokortikoid, Hormon Pankreas, diet.

BAB IV
Hormon Adrenal (Kelenjar Anak Ginjal)

Korteks adrenal dibagi dalam tiga zona yang mensintesis berbagai steroid dari kolesterol dan mensekresinya.
Bagian paling luar disebut Zona glomerulosa dan bagian ini mensintesa hormone jenis mineralokortikoid (misalnya hormon aldosteron) yang Berperan dalam keseimbangan air dan elektrolit, produksi aldosteron dipengaruhi oleh sistem Renin-Angiotensin.
Zona ini tidak begitu dipengaruhi oleh ACTH (kortikotropin) dari kelenjar hipofisis , peningkatan kadar aldosteron tidak menyebabkan penghambatan ACTH (kebalikan dari hormon kortisol)
Bagian tengah disebut Zona fasciculate, mensintesa Glukokortikoid (misalnya hormon kortikol atau hidrokortison), Berperan terutama dalam metabolisme normal dan resistensi terhadap stres. Hormon glukokortikoid ini bertindak sebagai penghambat umpan balik sekresi ACTH (kortikotropin) dan CRH. Sehingga sekresinya sangat dipengaruhi oleh ACTH, peningkatan kortisol menyebabkan penghambatan ACTH.
Bagian dalam adalah Zona retikularis, zona ini mengeluarkan androgen adrenal. Androgen (termasuk hormon steroid) dalam jumlah sedikit disintesa di zona faciculata anak ginjal (dan paling banyak disintesa di sel leydig testis)
Selain korteks terdapat juga bagian medula adrenal yang mensintesa neurotansmiter adrenalin.

Sintesa dan sekresi hormon kortikosteroid
1. Sintesa dimulai dari hipotalamus yang melepaskan CRH (hormon pelepas kortikotropin).
2. Kemudian hipofisis akan mensekresi ACTH (kortikotropin) sebagai respon terhadap hormon kortikotropin hipotalamus (CRH).
3. ACTH mempengaruhi pembentukan hormon kelenjar adrenal yang berbeda pada setiap zona di adrenal (Mineralokortikoid=aldosteron, Fasciculata=kortikosteroid, hormon androgen).
4. Glukokortikoid bertindak sebagai penghambat umpan balik sekresi ACTH (kortikotropin) dan CRH.
5. Keadaan Stress akan meningkatkan sekresi CRH di hipotalamus. (lihat gambar 4.1)
Hipotalamus
Hipofisis
CRH

ACTH
Zona Glomerulosa
Zona Fasikulata
Zona Retikularis
aldosteron
kortisol
androgen
stress
+Gambar 4.1

Efek hormon korteks adrenal
Glukokortikoid
Salah satu hormon jenis glukokortikoid adalah hormon kortisol. Efek dari hormon glukokortikoid adalah :
a. Menimbulkan metabolisme perantara normal, Glukokortikoid membantu glukoneogenesis (pembentukan energi dari non gula).
b. Meningkatkan resistensi terhadap stres, glukokortikoid memberikan energi untuk melawan stres (infeksi, trauma, ketakutan)
c. Merubah kadar sel darah dalam plasma, mendistibusikan eosinofil,basofil,monosit,limfosit ke jaringan limfoid shg menurun di plasma (kemampuan melawan infeksi) dan meningkatkan kadar Hb,eritrosit,trombosit dan leukosit.
d. Efek antiinflamasi
e. Mempengaruhi system mekanisme umpan balik.

mineralokortikoid
salah satu hormone mineralokortikoid adalahHormon Aldosteron, yang berperan membantu kontrol volume cairan tubuh dan konsentasi elektrolit, terutama Natrium dan Kalium.

Penggunaan terapi glukokortikoid
a. Terapi substitusi Pada insufiensi adrenokortikoid Primer (penyakit addison)
Penyakit addison terjadi karena kekurangan kortisol, dengan gejala rasa letih, kurang tenaga, otot lemah.
Dosis terapi yang digunakan 2/3 pagi dan 1/3 sore (sesuai kadar normal). Sekresi Kortisol dalam tubuh meningkat pada jam 8 pagi dan menurun sepanjang hari, kemudian terendah pada jam 1 malam.
b. Menghilangkan gejala peradangan (kalor,rubor,dolor) dengan cara meningkatkan konsentrasi leukosit, menurunkan konsentrasi limfosit,basofil,eusinofil,monosit. Menghambat kemanpuan leukosit dan makropagh terhadapantigen.
c. Pengobatan alergi

Golongan glukokortikoid sering digunakan untuk diagnosa hipersekresi glukokortikoid (Sindrom Cushing), dengan efek sense of well being memberikan rasa nyaman dan segar.

Indikasi kortikosteroid
1 Untuk Asma hebat
2 Untuk Radang usus akut (colitis ulcerosa, peny crohn)
3 Dapat digunakan sesudah transplatasi jaringan
4 Pada penyakit Kanker, setelah radiasi X ray,antiemetikum

Interaksi kortikosteroid
Interaksi Kortikosteroid VS antasida, antikoagulan, aspirin,barbiturat.

Efek samping
Efek samping kortisol nampak pada penggunaan lama serta dosis tinggi (> 50 mg/hari), efek yang terjadi antaralain :
1 Terjadi gangguan penyembuhan luka, sehingga menyebabkan peningkatan resiko infeksi.
2 Euporia atau kegembiraan yang berlebihan.
3 Hipertensi dan udema
4 Terjadi keseimbangan kalsium negatif sehingga dapat memicu osteoporosis.
5 Efek samping Ulkus peptikum dikarenakan adanya luka yang tertunda karena penggunaan golongan kortikosteroid.
6 Retensi cairan di jaringan, sehingga menimbulkan naiknya BB dengan cepat dan pada wajah spesifik terlihat moon face.
7 Pada kaki dan tangan bagian atas menjadi gemuk karena penumpukan lemak di bahu dan tengkuk.Efek kulit, menjadi tipis sehingga mudah luka.

BAB V Hormon Pankreas

Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptida insulin, glukagon, somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon peptida disekresikan dari sel – sel yang berlokasi dalam pulau – pulau langerhans (β atau sel-B yang menghasilkan insulin, α2 atau sel-A yang menghasilkan glukagon, dan α1 atau sel-D yang menghasilkan somatostatin).
Hormon – hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh, dengan demikian membantu memelihara homeostasis glukosa darah.
Hiperinsulinemia dapat menyebabkan hipoglikemia berat. Sebaliknya kekurangan insulin relatif ataupun absolut (seperti pada diabetes melitus) dapat menyebabkan hiperglikemia berat.

1. Kimia insulin
Secara kimia insulin adalah polipeptida dengan BM 6000. Terdiri dari 51 asam amino, tersusun dua rantai : rantai A 21 asam amino, rantai B 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapa 2 jempatan disulfida, A7 dengan B7, dan A20 dengan B19, rantai disulfida pada A6 dan A11. (lihat gambar 5.1)

Gambar 5.1

2. Sintesa, Sekresi, Distribusi dan Metabolisme Insulin
Sintesa Insulin
Proinsulin disintesa dalam elemen poliribosom endoplasmik sel β langerhans. Prohormon tersebut ditransfer ke komplek golgi dan terjadilah perubahan proinsulin menjadi insulin dan ke granul. Bila sel β terangsang dari granul ini akan keluar sejumlah ekuimolar insulin dan peptida C ke sirkulasi. Peptida C tidak mempunyai efek biologis tapi sebagai marker adanya sekresi insulin.
Insulin di sintesa di pankreas, dimana pankreas terdapat Sel2 pulau langerhans dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Stimulasi reseptor α2 adrenergik akan menghambat sekresi insulin. Sebaliknya stimulasi reseptor β2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi insulin. Sehingga dikatakan, Sel β langerhans adalah penghasil hormon insulin dan sel α langerhans adalah penghasil hormon glukagon.

Pengaturan sekresi insulin
Pemicu Sekresi insulin disebabkan karena kebutuhan glukosa (karena insulin adalah kunci masuknya glukosa kedalam sel) dari beberapa zat atau organ dalam tubuh (diantaranya, hormon sal cerna, hormon pankreas, neurotransmiter otonom, glukosa, asam amino, asam lemak, benda keton)
Secara umum hal yg mengaktivasi saraf adrenergik (luka bakar, hipoksia, hipotermi, dll) dapat menekan sekresi insulin. Glukosa oral merupakan stimulan yang paling kuat untuk sekresi insulin karena juga menyebabkan sekresi hormon sal cerna dan stimulsi aktivitas vagal. Hormon sal cerna yg paling kuat : gastrointestinal inhibitory peptida, glukagon like peptida -1, enteroglukagon, sekretin, gastrin, dll.

Distribusi dan Metabolisme insulin
Insulin dalam darah beredar sebagai monomer dan insulin didistribusikan ke dalam peredaran darah melalui cairan ekstrasel. Volume distribusinya hampir sama dengan volume cairan ekstrasel.
Metabolisme insulin terjadi di hepar, ginjal dan otak. Dan sekitar 50% insulin di hepar akan dirusak dan tidak akan mencapai sirkulasi darah. Insulin direabsornsi dan difiltrasi di glomeruli di ginjal, shg gangguan fungsi ginjal yang berat akan mempengaruhi kecepatan eliminasi insulin. Dua enzim untuk degradasi insulin yaitu enzim glutation insulin transhidrogenasi memecah jembatan disulfida dan enzim proteolitik memecah rantai asam amino.

Mekanisme Kerja Insulin
Target utama insulin dalam mengatur kadar glukosa darah adalah di hepar, otot dan adiposa. Peran utama insulin dalam sel adalah peran efek anabolik (uptake, utilisasi dan penyimpanan nutrien di sel) sedangkan proses katabolisme (pemecahan glikogen, lemak, dan protein) dihambat.
Terdapat 2 (dua) kerja insulin yang utama, pertama adalah pengaturan transpor glukosa yang masuk ke dalam sel dan kedua, mengatur metabolisme glukosa dalam sel
a). Pengaturan transport glukosa
Insulin memperantarai masuknya glukosa ke sel, pertama insulin masuk ke sel dengan cara berikatan reseptor insulin (lihat gambar 5.2) yang ada di membran sel, kemudian Insulin akan merangsang atau mengaktifkan transporter glukosa (GLUT4) (lihat gambar 5.3) yang ada dalam sel, lalu transporter glukosa (GLUT) tersebutlah yang memperantarai masuknya glukosa ke dalam sel (lihat gambar 5.4). Jadi kerja insulin dalam membantu masuknya glukosa dalam sel dengan cara tidak langsung. GLUT yang telah mengangkut glukosa masuk kedalam sel akan kembali ke pool intrasel saat insulin tidak bekerja lagi. Gangguan proses regulasi ini dapat menjadi sebab DM tipe 2.
b). Pengaturan metabolisme glukosaSetelah ada di dalam sel maka dimulailah Konversi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat terjadi dengan bantuan enzim heksokinase (lihat gambar 5.5). Dan insulin yang mengaktifkan enzim heksokinase, sama spt GLUT jenisnya ada empat. Dimana heksokinase IV dan II diregulasi oleh insulin.
Diabetes Mellitus (DM)
suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999)
Gejala tidak khas :
1 Polidipsi (selalu haus)
2 Poliuria (sering kencing)
3 Poliphagi (Banyak makan)
4 Parestesia (Baal/kesemutan)
5 Pruritus (gatal)5p
6 Cepat lelah/lemas
7 Gangguan penglihatan
8 Berat badan turun
9 Impotensi


Gangguan
Menyebabkan
Dengan gejala
Metabolisme KH akibat kekurangan utilisasi glukosa, meningkatkan penggunaan glukosa baru dan meningkatnya penguraian glukosa.
Hiperglikemia
Glukosuria
Poliuri
Polidipsi
Pruritus Genitalis
Eksikosis
Metabolisme lemak akibat penghambatan sintesa lipid, lipolisis bertambah dan pembentukan badan keton meningkat.
Hiperlipidemia
Hiperketonemia
Ketonuria
ketoasidosis
Mual
Rangsang muntah
Bobot badan menurun
Bau aseton dari napas yang keluar
Metabolisme protein akibat meningkatnya penguraian protein, meningkatnya pembentukan glukosa baru, menurunnya pembentukan protein baru
Hiperglikemia
Glukosuria
Aminoasiduria
Kenaikan Nitrogen dalam darah
Tidak bertenaga, bobot badan menurun, atropi otot.

Akibat yang ditimbulkan karena DM
Kekurangan pemakaian glukosa dalam sel akibat berkurangnya respon membran terhadap glukosa akan menaikan glukoneogenesis dalam hati sehingga akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia, Bila nilai ambang ginjal terlewati terjadi glukosuria.
Kenaikan penggunaan lemak oleh hati, jar otot, jar lemak atau lipolisis menyebabkan kenaikan asam lemak bebas dalam plasma, penguraian lemak bebas dalam kondisi parah akan menimbulkan adanya benda keton dalam darah atau hiperketonemia, Bila nilai ambang ginjal terlewati terjadi ketonuria.
Ketoasidosis terjadi karena penggunaan benda keton dalam jumlah besar.
Glukosuria, karena glukosa bersifat diuretik osmotik maka akan menyebabkan elektrolit hilang sehingga terjadi dehidrasi, sehingga tubuh akan mengimbanginya dengan banyak minum (polidipsi). Polifagi terjadi karena adanya perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus. Penurunan berat badan disebabkan karena defisiensi insulin sehingga menghambatan transport asam amino ke sel, akibatnya glukoneogenesis bertambah.
Selain itu pada pasien DM, Infeksi akan sukar sembuh karena terjadi hiperglikemia bila melebihi ambang batas ginjal akan menyebabkan glukosuria, bila urin dan darah terdapat banyak glukosa ini merupakan medium pertumbuhan kuman yang sangat poten.
DM juga menyebabkan Arteriosklerosis, terjadi karena degradasi kolesterol dalam hati berkurang sehinnga terjadi hiperkolesterolemia yang memicu arteriosklerosis

Diabetes Tipe I(Diabetes melitus tergantung insulin, IDDM)
IDDM umumnya menyerang anak – anak, tetapi dapat juga terjadi pada orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β berat. Akibat dari rusaknya sel β, pankreas sangat sedikit memproduksi dan mensekresi insulin, sehingga tidak bisa mengimbangi glukosa yang masuk, akhirnya banyak glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga akan menumpuk di dalam darah dan ini membuat glukosa dalam darah akan meningkat (lihat gambar 5.6). DM tipe ini memerlukan insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan ketoasidosis.

Penyebab Diabetes Tipe I
Pankreas tidak dapat memproduksi insulin, sehingga tidak bisa merespon glukosa yang masuk ke sirkulasi darah.
Sel β langerhans tidak berfungsi.

Pengobatan Diabetes Tipe I
Pengobatan DM Tipe I ini adalah dengan suntik insulin, tujuannya untuk memelihara konsentrasi gula darah supaya mendekati normalsehingga dapat menghindari komplikasi jangka panjang.
Gambar 5.6

Diabetes Tipe II (Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin, NIDDM)
Sebagian besar DM termasuk dalam kategori ini. Pasien diabetes tipe ini biasanya gemuk

Penyebab Diabetes Tipe II
Pada NIDDM, pancreas masih mempunyai beberapa fungsi sel β, yang menyebabkan kadar insulin bervariasi tetapi tetap tidak mencukupi untuk memelihara homeostasis glukosa atau kadar insulin menurun atau rendah (lihat gambar 5.7) sehingga tidak dapat memelihara homeostasis glukosa. Selain itu juga sering dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi respons insulin.

Pengobatan Diabetes Tipe II
Menurunkan berat badan
Memelihara kadar glukosa darah
Terapi OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
Gambar 5.7

Klasifikasi DM
1. Insulin Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) Diabetes Melitus Tipe 1
2. "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM) Diabetes Melitus Tipe 2
3. Pra-diabetes : Impaired Fasting Glucose (IFG), Impaired Glucose Tolerance (IGT)
4. Diabetes Melitus Gestasional atau Gestational Diabetes Melitus (GDM)
5. Diabetes Melitus terkait Malnutrisi atau Malnutrition-related Diabetes Mellitus (MRDM)

Golongan obat untuk Diabetes Melitus
Untuk DM tipe I menggunakan preparat insulin sementara untuk DM tipe II menggunakan golongan obat hipoglikemik oral (OHO)

Preparat Insulin
Insulin diisolasi dari pancreas sapi dan babi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E.coli yang telah diubah secara genetic yang mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi yang paling mendekati struktur insulin manusia.
Jenis insulin berdasarkan lama kerjanya adalah, (lihat gambar 5.8)
1. Preparat insulin kerja cepat
2. Preparat insulin kerja sedang
3. Preparat insulin kerja lama
Pemberian insulin, secara subkutan, karena insulin adalah protein apabila per oral akan di degradasi dalam saluran cerna.
Gambar 5.8


Obat Hipoglikemik oral (OHO)
Obat golongan OHO berguna bagi pasien DM yang tidak tergantung insulin yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet. Pasien yang merespon OHO adalah pasien yang DM nya berkembang setelah usia 40 tahun dan menderita DM kurang dari 5 tahun. Pasien yang sudah lama menderita DM memerlukan suatu kombinasi obat OHO dan insulin untuk mengatur hiperglikemianya. Obat OHO sebeharusnya tidak diberikan kepada penderita DM tipe I.
Dibawah ini adalah golongan obat OHO dan cara kerjanya : (lihat gambar 5.9)
1. Obat yang bekerja di kelenjar pankreas, dengan cara mempengaruhi sintesa dan sekresi insulin. Terdapat 2 (dua) golongan obat yaitu, pertama golongan sulfonilurea contoh obatnya Gliburida/Glibenklamida, Glipizida, Glikazida, Glimepirida, Glikuidon. Dan kedua, golongan meglitinid contoh obatnya nateglinid.
2. Obat yang bekerja langsung dihati, dengan cara menurunkan glukosa hati. Golongan Biguanid contoh obatnya metformin.
3. Obat yang bekerja di otot, jaringan lemak dan hati, dengan cara meningkatkan kepekaan organ tersebut terhadap insulin, golongan obat tiazolidindion contoh : Rosiglitazone, Troglitazone, Pioglitazone
4. Obat yang bekerja di dalam sistem pencernaan dengan cara menghambat kerja enzim pencernaan, yaitu golongan inhibitor α glukosidase contoh : Acarbose, Miglitol


BAB VI Hormon Gonad (Hormon kelamin)

Hormon kelamin meliputi androgen, progestin dan estrogen. Hormon kelamin dihasilkan oleh gonad dan adrenal yang diperlukan untuk konsepsi, maturasi embrionik, dan perkembangan ciri – ciri khas seks primer dan sekunder pada pubertas. Hormon gonad digunakan dalam terapi pengganti, dan pada kasus estrogen, untuk kontrasepsi dan osteoporosis.

Siklus menstruasi
Folikel mengalami proses pematangan yang dibantu oleh LH dan FSH dari hipofisis.
Hari ke 13 – 16 folikel yang matang berjalan menuju uterus.
FSH merangsang pertumbuhan dan pematangan filokel dalam uterus dan merangsang pembentukan estrogen.
LH menunjang pematangan sel telur, menginduksi pelepasan folikel, pembentukan badan kuning (korpus luteum = pembentukan progestin).
Selama pematangan sel telur, endometrium berubah karakteristik (pembentukan epitel endometrium=fase proliferasi), Hormon progestin mempersiapkan mukosa uterus untuk penanaman telur.
bila telur tidak dibuahi maka akan mati dengan cepat.
Pada akhir siklus sekitar hari ke 28 korpus luteum mengakhiri aktivitasnya dan kadar progestin menurun dengan tajam akibatnya pengeluaran mukosa uterus (menstruasi) (lihat gambar 6.1)


Gambar 6.1

Hormon Kelamin yang dihasilkan oleh tubuh (alami) terdapat 3 (jenis) yaitu pertama jenis estrogen yang beredar dalam tubuh adalah estradiol, estron dan estriol, jenis kedua progestin yaitu progesteron dan jenis ketiga yaitu androgen diwakili oleh testosteron.

Hormon Estrogen
Mekanisme kerja Estrogen
Hormon steroid berdifusi melalui membran sel dan terikat dengan afinitas tinggi pada reseptor protein sitoplasmik spesifik. Afinitas terhadap reseptor bervariasi dengan estrogen spesifik aktivasi kompleks steroid-reseptor memasuki nukleus dan berinteraksi dengan kromatin inti untuk memulai sintesa RNA hormon spesifik yang memerantarai sejumlah fungsi fisiologis.

Penggunaan Terapi Estrogen
- Untuk kontrasepsi
- Terapi hormon pasca menopouse.
- Osteoporosis

Hubungan estrogen dan menopouse
Pada wanita menopause terjadi penurunan sekresi hormon estrogen dan progestin (terutama estrogen) sehingga mempengaruhi keadaan dari tubuh, karena estrogen juga berperan dalam banyak hal seperti pada organ kardiovaskular, traktur urogenitalis, tulang dan vasomotor. Sehingga menoupase akan berdampak pada organ tersebut sehingga diperlukan juga “terapi penggati estrogen” pada wanita menopause.
Manfaat penggantian estrogen pasca menopouse
Tidur : Estrogen mengurangi gangguan pasca menopause dalam hal tidur.
Kardiovaskular : estrogen memberikan efek protektif terhadap penyakit kardiovaskular, yang menyebabkan penurunan LDL dan peningkatan kadar HDL dalam plasma.
Traktus urogenital : pengobatan estrogen membalikan atropi pasca menopause pada vulva, vagina, uretra, dan trigonum kandung kemih.
Osteoporosis : estrogen menurunkan resorpsi tulang tetapi tidak mempunyai efek pada pembentukan tulang.
Vasomotor : pengobatan estrogen menegakkan kembali feed back pada kontrol hipotalamus sekresi norefineprin, yang menyebabkan berkurangnya ruam panas.
Farmakokinetik estrogen alamiah adalah mudah diabsorbsi melalui saluran pencernaan, kulit dan membran mukosa. cepat diabsorbsi juga bila intra muscular. Sebaliknya estrogen sintetik Misalnya etinil estradiol, mestranol mudah diabsorbsi stlh peroral, kulit, membran mukosa. Metabolisme lebih lambat dibanding estrogen alami. Disimpan dalam adiposa dan di lepaskan secara lambat. Efek lebih lama dan potensi lebih tinggi dibanding estrogen alami.

Kontrasepsi (KB) dengan hormon estrogen
Estrogen sintetik yang dibuat untuk obat kontrasepsi (KB) merupakan agonis estrogen alamiah, dengan mekanisme kerja meningkatkan umpan balik negatif pada hipofisis sehingga produksi LH/FSH berkurang. Menurunnya produksi LH/FSH akan menghambat (ovarium tidak dapat dibuahi).(lihat gambar 6.2)

Gambar 6.2
Hipotalamus
Hipofisis
ovarium
GnRH
+
LH & FSH
Progestin
Estrogen
kontrasepsi
Antiestrogen

Yang memodifikasi atau mengantagonis kerja estrogen, termasuk senyawa antiestrogen nonsteroid klomifen dan struktur analognya berkaitan dengan tamoksifen. Keduanya menghambat kerja estrogen dengan cara mempengaruhi jalan masuknya menuju tempat reseptor sitoplasmik. Obat ini bekerja sebagai antagonis kompetitif atau dalam lingkungan rendah estrogen. Antiestrogen nonsteroid ini efektifnya bila diberikan peroral ataupun suntikan.
Salah satu obat antiestrogen adalah Klomifen dan tamoksifen
a). Klomifen
Antiestrogen adalah senyawa yang mampu meniadakan sebagian atau seluruh kerja dari estrogen.
Mekanisme kerja Klomifen yaitu menyebabkan bertambahnya pembebasan hormon GnRH dengan mempengaruhi umpan balik estrogen pada hipotalamus dan hipofisis akibat blokade reseptor sehingga LH/FSH yang dibutuhkan untuk menstimulasi pematangan ovarium tinggi terus. (lihat gambar 6.3)
Indikasi : stimulasi ovulasi (obat penyubur)
Efek samping : pembesaran ovarium, gejala vasomotor, gangguan penglihatan.
Nama dagang : profertil, provula,ofertil,dll

Hipotalamus
Hipofisis
ovarium
GnRH
+
LH & FSH

Estrogen
klomifenGambar 6.3

b). Tamoksifen
Pertumbuhan payudara normal dirangsang oleh estrogen,sehingga pada kanker payudara. Peningkatan/penurunan estrogen dapat memicu terjadinya kanker payudara.
Mekanisme kerja Tamoksifen (Obat Antiestrogen) adalah bersaing untuk mengikat reseptor estrogen (lihat gambar 6.2) dan digunakan untuk pengobatan kanker payudara yang telah lanjut pada wanita pasca menopause,
Indikasi : pengobatan kanker payudara.
Efek samping gejolak panas, mual muntah, haid tidak teratur dan perarahan vagina
Nama dagang : tamofen,taxen,nolvadex.

Hipotalamus
Hipofisis
ovarium
GnRH
+
LH & FSH
Estrogen
tamoksifenGambar 6.4
Hormon Progestin
Fungsi progestin adalah dalam perkembangan sekresi endometrium, sehingga dapat menampung implantasi embrio yang baru terbentuk. Dan fungsi untuk mengurangi kontraksi uterus.
Progesteron suatu progestin alami dihasilkan sebagai respon terhadap hormon luteinisasi (LH), pada perempuan disekresi oleh korpus luteum dan plasenta dan pada laki – laki disekresi oleh testis.
Jika terjadi konsepsi, progesteron terus disekresi, untuk memelihara endometrium bagi kelanjutan kehamilan dan mengurangi kontraksi uterus. Jika tidak terjadi konsepsi pelepasan progesteron dari korpus luteum berhenti mendadak, penurunan ini merangsang mulainya haid.
Penggunaan terapi progestin yaitu pada kontrasepsi, mengontrol perdarahan disfungsi uterus, pengobatan dismenorea, penekanan laktasi pasca persainan, pengobatan endometriasis, pengobatan karsinoma endometrium. Progestin alami cepat di metabolisme, dibanding progestin sintetik yang lebih lama dimetabolisme sehingga dosis yang digunakan lebih rendah. Contoh Progestin sintetik yaitu, medroksiprogesteron, hidroksiprogeteron, noretindron, norgestrel.

Antiprogestin
Miferiston
Miferiston adalah salah satu obat antiprogesti (antagonis progestin) dengan aktivitas agonis parsial. Kegunaan miferiston untuk kontrasepsi sebulan sekali selama fase pertengahan luteal siklus haid jika progesteron normal tinggi. Dan digunakan pada abortus tidak lengkap sehingga jika diberikan pada awal kehamilan menyebabkan abortus.
Selain itu efek samping miferiston adalah perdarahan uterus dan abortus tak lengkap sehingga diberikan misoprostol oral setelah pemberian dosis tunggal oral mifepriston, efektif mengakhiri kehamilan.
Mekanisme kerja Miferiston adalah memblokir reseptor progestin sehingga progestin tidak dapat melaksanakan fungsinya dalam perkembangan endometrium dan mengurangi kontraksi uterus.(lihat 6.5) Jadi Miferiston dapat menghambat perkambangan endometrium dan meningkatkan kontraksi uterus.
Indikasi : aborsi.


Hipotalamus
Hipofisis
ovarium
GnRH
+
LH & FSH
Progestin
MIFERISTONGambar 6.5

Hormon Androgen
Testosteron adalah androgen penting, Efeknya anabolik dan maskulinitas.
Disintesis oleh sel leydig testis dan sedikit di ovarium, juga pada kel adrenal.
Penggunaan terapi dari androgen bermacam – macam, diantaranya :
a). Efek androgenik digunakan untuk terapi pada pria yang mengalami defisiensi hormon androgen.
b). Efek anabolik dari hormon androgen dapat digunakan sebagai obat osteoporosis, luka berat, penyembuhan operasi.
c). Hormon androgen juga digunakan untuk pertumbuhan otot anak laki2 yang kerdil.
d). Terapi Endometriosis, obat Danazol, suatu androgen lemah digunakan pada pengobatan endometriasis (pertumbuhan ektopik endometrium)
Sementara itu penggunaan yang tidak disetujui bila penggunaan oleh para atlet untuk kekuatan otot dan keagresifan. Efek samping preparat hormone androgen adalah bila pada perempuan akan tampak sifat kelaki-lakian, dan efek pada laki – laki dapat menimbulkan impoten, penurunan spermatogenesis. Biasanya para atlet yang sering disalahgunakan adalah nandrolon, stanozolol, tetapi kerugiannya dapat menimbulkan kelainan hepar.


Antiandrogen
Antiandrogen menghambat kerja hormonal laki - dengan mempengaruhi sintesa androgen atau menghambat reseptornya.misalnya, pada dosis tinggi, antifungal, ketokonazol menghambat beberapa enzim sitokrom P-450 yang terlibat dalam sintesa steroid. Finasterid sepeti steroid yang baru2 ini disetujui untuk pengobatan hipertrofi prostat jinak (BPH) menghambat 5-α-reduktase mengakibatkan pegurangan ukuran prostat. Selain itu siproteron untuk pengobatan hirsutisme pada perempuan dan flutamid untuk karsinoma prostat pada pria.

Kontrasepsi (KB) oral dan implant
Mekanisme kontrasepsi adalah mencegah ovulasi, mengganggu gametogenesis (pematangan gamet). Selain itu juga estrogen memberikan umpan balik pada pelepasan LH dan FSH jadi menghambat ovulasi dan progestin merangsang perdarahan normal pada akhir siklus haid.

Golongan utama kontrasepsi (KB) oral
Pil Kombinasi :
Kombinasi estrogen (etinilestradiol dan mestranol) dan progestin. Dimana estrogen menekan ovulasi dan progestin menyebabkan mukus serviks tidak dapat dipenetrasi oleh sperma.
21 hari dosis rendah estrogen dan progestin dosis terus meningkat dan periode 7 hari periode putus obat untuk menginduksi haid.
Pil Progestin :
Noretindron dan norgestrel, melepaskan pil dosis rendah secara kontinyu, efek samping : haid ireguler dan kemungkinan hamil.
Implant Progestin :
Levonorgestrel kapsul subdermal sebesar korek api di subkutan lengan atas, lebih efektif efek samping : haid ireguler dan nyeri kepala.
Kontrasepsi Pasca Senggama :
Estrogen dosis tinggi (etinilestradiol dan dietilstilbestrol) diberikan dalam waktu 72 jam pasca senggama dan dilanjutkan 2x1 selama 5 har.
2 dosis etinil estradiol ditambah norgestrel diberikan dalam waktu 72 jam pasca senggama, lanjut 2 dosis lain 12 jam kemudian.
Dosis tunggal Mifepriston.